Oleh Tabrani Yunis

Beberapa hari yang lalu, bahkan hingga hari Senin 18 Juli 2016, halaman depan harian Serambi Indonesia masih membahas soal program pembelian videotron oleh Dinas pendidikan Provinsi Aceh. Persoalan program videotron ini menjadi headline selama tiga hari. Tentu dalam pertimbangan media, penempatannya sebagai headline itu sebagai indikasi bahwa itu adalah hal yang sangat penting dan memang harus diberitakan, karena menyangkut dengan kepentingan yang lebih besar. Apalagi reaksi masyarakat, termasuk mahasiswa begitu deras. Dengan diberitakan secara terus menerus dan berada di halaman depan, berita itu menjadi perhatian dan pembicaraan banyak orang, baik di dunia nyata, maupun di dunia maya, lewat berbagai macam media social. Berbagai macam tanggapan masyarakat yang mudah kita baca dan simak di media social.

Umumnya, ungkapan masyarakat kita di Aceh, sangat mengecam, mencela dan mencerca apa yang dilakukan oleh Dinas pendidikan Provinsi Aceh ini, sebagai sebuah program yang sia-sia, berpotensi koruptif dan lain sebagainya. Pokoknya, nama kepala Dinas pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Hasannudin Dardjo pun saat ini mendadak menjadi kesohor, tanpa harus membuat iklan di videotron atau advertorial seperti yang dilakukan oleh Pemda Aceh di harian Serambi yang juga menelan dana yang tidak sedikit itu. Selain popularitas kacangan Drs. Hasanuddin Dardjo, videotron pun diuntungkan oleh pemberitaan ini. Keuntungannya adalah videotron juga menjadi buah bibir masyarakat Aceh.

Baca selengkapnya –>